Rabu, 09 Januari 2013

proposal skripsi




KONSEP TASAWUF K.H. ABD. GHOFUR NAWAWI DAN PENGARUHNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR


Proposal skripsi
Diajukan untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah Metodologi Penelitian


Disusun oleh
Nama: Andang Hermawan
                          Nim   : 10  301  015



JURUSAN AQIDAH FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
2012/2013
 





BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Agama Islam pada umumnya menghendaki kebersihan lahiriyah dan batiniah pada setiap insan manusia yang  notabengnya umat muslim. Praktek ini sering kali dilakukan seperti wudhu, sholat dan ritual;-ritual lainnya. Tasawuf merupakan salah satu bidang ke ilmuan ke Islaman yang memusatkan perhatian pada upaya pembersihan batiniah setiap insani manusia, yang dapat menghidupkan kegairahan akhlak yang mulia. Jadi sebagai ilmu dasar pada tasawuf tidak dapat lepas dari pembersihan jiwa setiap insan.
Perbincangan tasawuf tidak akan pernah habis meskipun telah di ceritakan dalam beberapa buku tentang tasawuf bahwa ada keruntuhan tasawuf pada abad-abd sebelumnya namun dalam hal ini telah muncul berbagai pembahasan tentang tasawuf modern. Inilah yang membuktikan bahwa tasawuf tidak pernah pudar dalam perbincangannya. Karena tasawuf adalah salah satu keilmuan dalam agma Islam. Tasawuf telah ada sjak zaman Nabi Muhammad SAW. Seperti yang dikatakan oleh Ali Syariati dalam salah satu bukunya : “ hidup sufistik, secara tradisional dan historis telah terdapat pada masa Nabi. Sehari-hari beliau beserta keluarganya selalu hidup sederhana dan apa adanya, di samping beliau menghabiskan waktu beliau ujnrtuk beribadah dan berijtihad dalm mendekati Tuhan. Tradisi serupa diwarisi oleh keluarga beliau, yakni Ali ra. dan Fatimah ra. beserta anak-anaknya”.[1]
Tasawuf secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha untuk mensucikan jiwa sesuci mungkin untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Sehingga kehadirannya dapat dirasakan secara sadar dalam kehidupan.
Secara etimologi tasawuf berasal dari kata Ahl- Al-Suffan sebutan bagi orang-orang yang pada zaman Rasulullah SAW hidup di dalam gubuk yang di bangun oleh beliau disekitar masjid Madinah, Karena hijrah dari mekkah ke madinah. Karena hijrah tanpa membawa harta, dan mereka tinggal sekitar masjid yang di  bagun oleh Rasulullah dan tidur diatas bangku. Mereka di sebut Ahl Al-Suffan berhati dan berakhlak mulia walupun miskin, itu merupakan sifat-sifat dari
Kaum sufi, ada jug yang berasal dari kata Shafa (suci/bersih) yaitu sekelompok orang yang mensucikan hati.[2]
Adapun secara terminology , menurut Al-Junaidi, tasawuf membersikan dari dari apa yang mengganggu perasaan kebanyakan makhluk. Al-Juroiri mengatakan bahwa tasawuf adalah memasuki kedalam dunia sunni dan mengeluarkan sifat-sifat yang rendah.
Dari bebrapa pengertian tasawuf maka dapat di tarik sebuah kesimpulan bahwa tasawuf adalah ilmu kerohanian untuk membersihkan jiwa manusia agar dapat mendekatkan diri kepada Tuhan dan nyaman dalam kehidupan yang nyata.
Dalam kajian tasawuf kadang sebagian orang memandang bahwa banyak penyelawengan dalam penggunaan tasawuf, contohnya apa yang telah terjadi pada tokoh sufi seperti Surahwardi, syeikh Siti Jenar, Al-halaj, yang mana dalam konsep ketasawufan ada beberapa tingkatan, dan pada umumnya tasawuf mengacu pada penyatuan dengan tuhan, kajian tasawuf sangat menarik pada umumnya karena akan membuka tabir dimna tabir yang selama ini masih tertutup.
Peneliti mengambil salah seorang tokoh pengasuh pondok pesantren Salafiyah-Syafiiyah. Yang mana dalam kehidupan sehari-hari beliau selalu menerapkan sifat tajalli, tahalli, dan takholli. Yang mana sifat-sifat ini yang sering diterapkan oleh para sufi pada umumnya, dengan kehidupan beliau yang sngat sederhana, dan menjadi menarik peneliti, sehingga peneliti ingin lebih dalam mengetahui apakah beliau merefleksikan konsep tasawuf, atau bahkan beliau dapat dikatakan sebagai tokoh tasawuuf, mungikn belum terlalu banyak data yang dapat diketahui dari seorang K.H. Abd. Ghofur Nawawi, akan tetapi telah banyak beredar di masyarakat Pohuwato kususnya dan masyarakat provinsi Gorontalo umumnya.
Hal ini tidak dapat di pungkiri karena pengaruh beliau cukup luas di wilayah Gorontalo ini. Beliau juga seorang tokoh NU yang sangat berpengaruh. Pada hakekatnya beliau seorang yang sangat sederhana, selalu ramah kepada setiap orang, tidak memandang materi seseorang. Sehingga tidak heran jika pengaruh beliau sangat luas, hampir 99% pengaruh beliau di Kab. Pohuwato dalam hal keagamaan.
Beliau adalah tokoh Agama yang sangat sulit ditemukan di Gorontalo, maka dari ini peneliti sangat tertarik dengan beberapa aspek kehidupan beliau yang menunjukan kehidupan seorang sufi yang mana selalu menerapkan sifat-sifat tajalli, tahlli, dan takhalli. Maka untuk lebih lanjutnya peneliti akan menelusuri lebih dalam tentang ke K.H. Abd. Ghofur Nawawi. [3]
Sehingga peneliti dalam hal ini dapat mengangkat permasalahn yakni; Bagaimana Konsep K.H. Abd Ghofur Nawawi dan  Bagaimana Pengaruh Tasawufnya Terhadap Masyarakat di Sekitarnya. Untuk lebih jelasnya peneliti akan melakukan penelitian lebih dalam dan akan diuraikan dalam pembahasan pada bab berikutnya.             
  1. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Konsep Tasawuf K.H. Abd. Ghofur Nawawi
2.      Bagaimana Pengaruh Tasawufnya terhadap Masyarakat di Sekitarnya
  1. Tujuan dan Kegunaan Peenelitian
Dalam sebuah penelitian, tujuan merupakan hal yang sangat penting guna mengetahui tingkat kegunaanya. Menurut Maxwell seperti dikutip oleh A. Chaedar al-Wasilah, tujuan penelitian mengandung pengertian dan sebagai upaya untuk menjelaskan dan pembenaran yang ikhwal studi yang akan dilakukan kepada pihak lain yang belum memahami topik penelitian yang sedang dilakukan.[4] Dan penelitian memiliki jujuan kurang lebih sebagai berikut:

  1. Tujuan penelitian dalam penulisan ini;
1.      Untuk mengetahui kontribusi konsep tasawufnya terhadap masyarakat sekitar pada khusunya, dan Indonesia pada Umumnya.
2.      Untuk mengetahui konsep apa yang digunakan oleh K.H. Abd. Ghofur Nawawi dalam Ilmu ketasawufan, apakah seperti yang telah di perbincangkan dalam berbagai buku, atau menciptakan konsep yang baru.
  1. Sementara kegunaan penelitian diharapkan dapat memnuhi beberapa hal, antara lain:
1.      Secara akademis penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah  Metodologi Penelitian, di jurusan Akidah Filsafat, Faklultas UShuluddin dan Dakwah, di IAIN Sultan Amai Gorontalo.
2.      Sebagai bagian dari idealisme intelektual, untuk memperkaya kajian dalam bidang tasawuf.
  1. Telaah Pustaka
Sejauh ini penelusuran penulis yang membahas tentang pemikiran tasawuf seorang tokoh terkemuka di provinsi Gorontalo dalam bidang tasawufnya, baik dalam buku, skripsi tesis, disertasi. Mungkin ini bisa dikatakan kajian awal tentang beliau. Dari berbagai aspek. Aspek pemikiran beliau belum ada yang meneliti, sehingga penelliti sangat tertarik untuk menelitinya. Informasi ini di dapat dari santri-santri beliau, orang-orang terdekat, dan masyarakat sekitar bahkan di perguruan-perguruan tinggi, serta internet. (20 desember 2012)
  1. Kerangka Teori
a.      Tasawuf
Tasawuf pada umumnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal-hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam. Tarekat sering dihubungkan dengan syi’ah, sunni, cabang Islam lainnya, atau kombinasi tradisi. Pemikiran sufi muncul di Timur pada abad ke-8, hingga sekarang tradisi ini sudah tersebar ke seluruh belahan dunia. [5]
Tasawuf berasal dari kata Suf, bahasa arab yang bermakna “Wol”, merujuk kepada jubah sederhana yang dikenakan oleh para asketik muslim. Namun tidak semua sufi menggunakan pakain dari wol.[6]
Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan. Sementara yang lain memandang etimologi dari Sufi berasal dari “Ashab al-Suffah” (sahabat beranda) atau “Ahl al-Suffah” (orang-orang yang di beranda), dimana pada era Nabi terdapat orang-orang yang sepanjang waktunya menghabiskan waktu mereka di beranda masjid Nabi, mendedikasikan waktunya untuk berdo’a.[7]
Kata tasawuf .diungkap juga yang konon berasal dari kata shofa, yang berarti kemurnian, atau kesucian. Dari itulah tasawuf selalu menjadi dunia yang mengajak untuk manusia untuk mengalami kemurnian serta kesucian. Dunia dan isinyan oleh para sufi dipandang rendah. Ia memandang bahwa dunia bukan hakekat tujuan manusia. Manakala kita meninggalkan dunia ini  harta akan sirna dan lenyap. Hati yang sibuk pada dunia, saat ditinggalkannya, karena akan dihinggapi kesedihan, kekecewaan, kepedihan dan penderitaan. Untuk melepaskan diri dari segala bentuk kesedihan, sehinnga harus lebih dahulu melepaskan terlebih dahulu hatinya dari kecintaan pada dunia.[8]
Dari perkembangan tasawuf telah dinyataan dalam historisnya sangat nampak jelas kehidupan sufi sudah dimasyarakatkan semenjak masa Rasulullah dan para sahabatnya. Dalam prilaku kehidupan para sahabat kita ketahui bahwa prilaku zuhud sangat kental dengan diri para sahabat terkemuka.[9]
Perilaku keshalihan dan kezuhudan itu nmemudar dan hilang pada masa ke khalifahan bani Umayyah yang secara licik merebut tahta dari rakyat. Demikian kesaksian Al-Kharraz, seorang sufi terkemuka pada abad ke-3 H/ke-9 M.[10] Tradisi-tradisi sufistik itu dapat kita telaah dan kita peroleh dari kumpulan khutbah para sahabat, terutama Umar bin Al-khaththab,[11] dan tasawufpun berkembang hingga abad ke-9.
Dalam sejarah peradaban Islam, abad ke-9 H sampai ke-12 H dikenal sebagai era kevakuman dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang pemikiran Islam, dan perkembangan tasawuf ini. Keruntuhan sufisme disebabkan adanya kolaborasi penguasa dengan para sufi.
Kebobrokan moralitas intelektual dan moralitas spiritual itu terjadi merambah hampir di seluruh dunia Islam, yang sebagiannya di sebabkan oleh kekalahan agama Islam dalam perang salib, dan pengaruh kolonialisme yang mulai merambah seluruh dunia. Penyimpangan tasawuf banyak terjadi, namunterlepas dari  masih ada yang konsisten dengan menggunakan tasawuf sebagai alat jihad.
Namun masih tetap ada tokoh yang bersinar, seperti Abdul Wahab Asy-Sya’rani yang hidup selama kereruntuhan kekuasaan Mamluk dan penduduk Mesir atas bangsa Turki. Namun gaunnya tidak mampu memgeluarkan tasawuf dari keterpurukan. Pada abad ke-9, lahir tokoh tasawuf Syaikh Naqsyabandiyah Bahauddin Muhammad bin Muhammad Al-Uwaisy Al-Nukwari. Yang kemudian mendirikan thariqah Naqsyabandiyah yang menjadi thariqah yang cuku berpengaruh di kawasan Asia-Afrika.
Pada abad ke-11 tasawuf Islam kembali cemerlang dengan kehadiran Shadr Al-Din Al-Shirazi yang merumuskan kembali ajaran Isyraqiyyah Syurahwardi. Setelah itu muncul juga Mulla shadra dengan dibantu pendiri thareqah ini, sekaligus mitra dalm pembentukan sekolah sufinya, menggaet tokoh intelektual Muhammad Baqir Ibn Al-Damad mengenalkan ajaran isfaham di ibukota Safavid.
Pada paruh akhir abad ke-12 H, Ahmad Al-Tijani mendirikan thareqah Tijaniyyah dari ‘Ain Maidi, dekat Thahmut. Hanya saja thareqah ini memiliki gambaran menonjol kepatuhannya pada pemerintahan, sebagai akibat hubungan  dekat dengan pemerintahn Perancis setelah Aljazair ditakhlukan. Sementara pada awal abad ke-13 H. thareqah Sanusiyyah yang memiliki latar belakang historis penuh  gejolak menjadi sebuah persaudaraan militer berkat Saidi Muhammad Al-Sanusi. Mereka mendominasi kekuasaan Libya sekarang ini.[12]
 Akan tetapi tasawuf tidak akan pernah hilang, pada ke-19-20 dan sampai aawal abad ke-21, terdapat banyak kaum muslimin yang membangkitkan kembali ajaran dan praktek Islam Otentik, bukan sekedar untuk menghadapi dominasi politik dan cultural Barat. Hingga sekarang sebagian besar pengaruh Barat mansih menganggap kaum pembaharu jenis ini sebagai “harapan Islam untuk memasuki abad Modern”. 
b.      Gambaran K.H. Abd. Ghofur Nawawi
K.H. Abd. Ghofur Nawawi, beliau adalah tokoh Agama yang sangat sulit ditemukan di Gorontalo dari tokoh-tokoh yang telah ada, maka dari ini peneliti sangat tertarik dengan beberapa aspek kehidupan beliau yang menunjukan kehidupan seorang sufi yang mana selalu menerapkan sifat-sifat tajalli, tahlli, dan takhalli. Beliua juga seorang tokoh organisasi besar di Indonesia (NU), beliau juga seorang pengasuh pondok pesantren terkemuka di Gorontalo (Pon-tren Salafiyah-Syafi’iyah) di kab. Pohuwato seorang tokoh yang sederhana dalam kehidupan sehari-harinya, pengaruhnya sangat besar di provinsi Gorontalo. Dari berbagai aspek beliau sangat dikenal pada masyarkat kab. Pohuwato. Beliua seorang tokoh yang mampu membawa peradaban Islam dalam kehidupan di lingkungan yang plural, beliau tidak pernah mempermasalahkan produk tradisional dan modern, beliau sangat menghargai toleransi, sehingga mudah terciptanya lingkungan yang harmonis di daerah beliau tempati. Pemeparan lebih jelas tentang K.H. Abd. Ghofur Nawawi akan lebih jelas diurai dalam bab selanjutnya, peneliti disini jhanya mnerangkan gambaran singkatnya tenang beliau. [13]
  1. Metode Penelitian
1.      Jenis Penelitian
Dalam sebuah penelitian, metode yang niscaya dan keberadanya menentukan keberhasilan dan validitas kesimpulannya. Dalam konteks ilmu pengetahuan, metode, sebagai mana dikemukakan oleh Morris R. Cohen dan Emest Negel adalah teknik yang paling terpercaya, yang derencanakan oleh manusia untuk mengontrol perubahan benda-benda serta membanggun keyakinan yang kokoh.[14]
Penelitian  ini merupakan penelitian kajian tokoh, yang mana dalam hal ini seorang tokoh agamawan terkemuka di provinsi Gorontalo, sekaligus pengasuh pondok pesantren Salafiyah-Syafi’iyah yang ada di kab,. Pohuwato Provinsi Gorontalo, yakni K.H. Abd. Ghofur Nawawi. Tetapi kajaian ini juga menggunakan kajian pustaka sebagai dasar acuan dan dijadikan perbandingan pemikirannya. Data-data dpat diperoleh dari buku-buku, majalah, artikel naskah, dokumen dan lain sebagainya.
Sumber data primer penellitian ini adalah wawancara langsung kepada tokoh yang di teliti. Karena dalam hal ini seorang tokoh yang yang di teliti masih hidup. Sehingga data yang di diperlukan harus melakukan wawancara langsung. Suber sekundernya adalah buku-buku, tulisan tentang “tasawuf” serta hal-hal lain yang relevan dalam hal penelitian ini. Dalam teknik wawancara K.H Abd. Ghofur Nawawi, peneliti akan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai masalah-masalah yang di angkat dalam penelitian ini, mengenai Konsep tasawuf dan pengaruhnya terhadap masyarakat sekitar.
2.      Sifat Penelitian
a.       Deskriptif, dengan cara mencoba menyajikan gambaran komseptual  tentang konsep pemikiran K.H Abd. Ghofur Nawawi mengenai beberapa tema penelitian yang ada dalam Rumusan Masalah.
b.      Analitis-Interpreatif, dilakukan untuk lebih jauh memahami pemikiran K.H Abd. Ghofur Nawawi terutama yang berkenaan dengan Tasawuf, dan bagaiman pengaruhnya terhadap masyarakat sekitar pada khususnya.
c.       Sintesis, dilakuakan untuk penanganan terakhir terhadap objek kajian. Langkah ini dilakukan dengan cara menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya, sehingga mendapatkan hasil sebagai perbandingannya.
Data-data yang diperoleh kemudian di kategorikan sesuai dengan batasan rumusan masalah dalam penelitian. Kemudian data tersebut dianalisis, diinterpretasi serta disintesiskan untuk selanjutnya di tuangkan dalam tulisan sebagai sebuah hasil penelitian.  

  1. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan arah pada penelitian ini, perlu dilakukan pemetaan dan sistematisasi penelitian kedalam beberapa bagian sebagai berikut:
Bab I berisi pendahuluan, mencakup tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kajian teori, metode penelitian dan sistematika pembahsan
Bab II pemaparan tentang tasawuf, pengertian, macam-macam tasawu, dalil yang membolehkan bertasawuf, perkembangan tasawuf sampai sekarang.
Bab III, berisi tentang biografi seorang Tokoh Agamawan Provinsi Gorontalo K.H Abd. Ghofur Nawawi.
Bab IV, berisikan tentang pembahsan Konsep tasawuf K.H. Abd. Ghofur Nawawi beserta pengaruhnya terhadap masyarkat sekitar.
BAb V, membahas penutup yang berisikan sebuah kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan dan seran-saran sebuah penelitian yang bersifat membangun.



[1] Baca Ali Syariati, Fatimah dan Karakteristik Wanita Muslimah,(Salahuddin Press, Yogyakarta, 1990).
[2] Badruttamam Basya Al-Misriy, Tasawuf Anak Muda, (Jakarta: Pustaka Group ,  2009), cet. Pertama, h. 9-13
[3] Wawancara pada santri di pondok pesantren Salafiyah-Syafi’iyah. (18 Desember 2012, 13.30-21-00)
[4] A. Chaedar al-Wasilah, Pokoknya Kualitatof, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2003), hlm. 278
[5] Buya Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya, (Jakarta: Panjimas, 1994) hlm. 79
[6] Amemarie Shimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus. 2003), hlm. 15
[7] Ibid., hlm 23
[8] Ibid. hlm 182
[9] Baca dalam, Tasawuf Aktual menuju Insan Kamil,Muhammad Solikin, 2004. hlm. 50
[10] A.J Arberry, Pasang Surut Dunia Tasawuf, (Bandung: Mizan, 1981), hlm. 35-36
[11] Muhammad Ahmad Asyur, Khorbah dan Pesan Umar Ibn AL-Khathtab, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997)
[12] Lihat, The Encyclopedia of Islam, IV New Edition , E.J Brill, (Leiden,1971) hlm 745-746, 154-155
[13] Wawancara masyarakat sekitar dan santri pondok pesantren Salafiyah-Syafi’iyah (29 Desember 2012, 09.00-19.40)
[14] Morris R. Cohen, Emest Negel, Apa Itu Metode Ilmu Pengetahuan, trj. A. Sonny Keraf, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998), hlm. 134

Tidak ada komentar:

Posting Komentar