Kamis, 10 Januari 2013

artikel Filsafat



POSITIVISME
AGUSTE COMTE

Positivism pertama kali dikenalkan oleh Aguste Comte sekitar tahun (1798-1857) ia yang dilahirkan di Montpelier pada tahun 1798 dari keluarga pegawai negeri yang beragam katolik. Karaya utama A. Coumte adalah Cours de Fhilosophie Phositive, kursus tentang filsafat positif (1830-1842) yang diterbitkan dalam enam jilid. Selain selain itu karya Coumte menguraikan secara singkat pendapat-pendapat positif hokum tiga stadia, klasifikasi ilmu-ilmu pengetahuan dan bagan mengenai tatanan kehidupan.
Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif disini disini sama artinya dengan factual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak pernah boleh melebihi fakta-fakta. Dengan demikian maka ilmu penegetahuan empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang penegetahuan. Maka filsafatpun neneladani contoh itu. Oleh karena itu, pulalah positivisme menolak cabang filsafat metafisika. Karena dalam hal metafisika tidak dapat di buktikan dengan fakta-fakta sehingga kajian positivisme meolak adanya metafisika.
Menanyakn hakikat, benda-benda atau peyebab yagn sebenarnya, termasuk juga filsafat, hanya menyelidiki fakta-fakta dan hubungan dengan terdapat antara fakta-fakta. Tugas khusus filsafat ialah mengkoordinasikan ilmu-ilmu penegetahuan dan beraneka ragam coraknya. Tentu saja, maksud positivisme berkaitan erat dengan apa yang dicita-citakan empirisme. Akan tetapi positivisme bukan faham empirisme, aka tetapi kelanjutan dari empirisme , karena kajian positivisme hampir mirip dengan empirisme. Positivismepun mengutamakan pengalaman atau suatu fakta yang ril yang pernah dialami dan pernah terjadi. Namun positivisme berbeda denagn empirisme inggris yagn menerima pengalamn batiniah, bukan hanya pegalaman ilmiah, atau riset. Akan tetapi positivisme tidak menerima pengalaman batiniah tersebut. Ia hanya mengandalakan fakta-fakta saja.
Titik tolak ajaran Aguste Comte yang terkenal adalah tanggapannya terhadap perkembangan manusia, baik perorangan maupun umat manusia secara keseluruhan, melaluai tiga zaman. Menurutnya, perkembangan menurut tiga zaman atau tiga stadia itu merupakan hokum yang tetap. Dalam tiga zaman ini Comte menerangkan denagn detail baagaimana kehidupan manusia, baik perseorangan maupun kelompok, atau keseluruhan. Ketiga zaman itu adalah, zaman teologis, zaman metafisis, zaman ilmiah atau positif.
Tiga zaman tersebut adalah sebagai berikut:
ZAMAN TEOLOGIS
Pada zaman tgeologis manusia percaya bahwa di belakang gejala-gejala alam terdapat kekuasaan adikodrati, yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut. Kuasa-kuasa ini dianggap sebagai makhluk yang memiliki rasio dan kehendak seperti manusia. Akan tetapi manusia pada zaman ini mempercayai bahwa mereka berada pada tingkatan yang lebih tinggi dari makhluk-makhluk insani biasa.
Zaman teologis ini dapat dibagi lagi menjadi tiga periode. Ketiga periode tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Animisme, Tahap animisme ini merupakan tahapan yang paling primitif, karena benda-benda sendiri dianggapnya mempunyai jiwa.
b.      Politeisma, Tahap politeisme ini merupakan perkembangan dari tahapan pertama, di mana pada tahap ini manusia mempercayai pada banyak dewa yang mesing-masing mempunyai lapangan tertentu; seperti, dewa laut, dewa gunung, dewa halilintar, dan masih banyak lagi yang lainnya.
c.       Monoteisme, Tahap monotesma ini adalah tahapan yang paling tinggi, dari dua tahap yang diatas . karena pada tahapan ini manusia hanya mempercayai satu tuhan aja.
Zaman teologis dapat juga dikatakan zaman dimana manusia mulai menegenal tuha.
ZAMA METAFISIS
Zaman ini tidak terlalu luas di bahas, karena memag bahasanya juga tidak begitu mearik ketika aka di bahas dalam wilayah ini, karena positifisme meolak adanya metafisik, sehigga Aguste Comte tidak terlalu menjelaskanya. Zaman ini dapat dikatakan juga sebagi zaman diman manusia masih dalam tahap pencarian.
Pada zaman ini kuasa-kuasa adikodrati digati dega konsep-konsep dan prisip-prinsip dan penyebab. Mteafisika pada zama ini sagat di junjug tinggi. Metafisik pada umumya seperti yang dikata diatas adalah lebih membahsa tetang kebatiniahan.
ZAMAN POSITIF
Pada zaman ini oleh Comte diaggap sebagai zaman yang paling tinggi dari kehidupan manusia. Alasannya ialah karea pada zaman ini tidak ada lagi usaha-usaha manusia untuk mencari penyebab-penyebab yang terdapat dibelakan fakta-fakta. Manusia kini telah membatasi penyelidiaknnya pada fakta yang disajikan kepadanya. Atas dasar observasi yag berdasarkan rasionya, manusia berusaha menetapkan relasi-relasi atau hubungan-hubungan persamaan dan urutan yang terdapat dalam fakta-fakta. Pada zaman terakhir inilah dihasilkan ilmu pengetahuan dalam arti yang sebenarnya.
Hukum tiga zaman ini tidak hanya berlaku pada manusia sebagai anak-anak, berada pada zaman teologis, pada masa remaja berada pada zaman metafisis, pada masa dewasa berada pada zaman positif. Demikian pula ilmu penegetahuan berkembag mengikuti tiga zaman tersebut, yang akhirnya mencapai puncak kematanganya pada zaman positif.
Dalam positifisme yang di populerka oleh Aguste Comte menerangkan susunan ilmu pengetahua. Comte mejelaskan bahwa Ilmu pegetahuan tidak semuaya mencapai kematangan yang sama pada saat bersmaan. Oleh karena itu, memungkinkan untuk melukiska ilmu pengetahuan berdasarkan rumitya bahan-bahan yang dipelajari di dalamnya. Urutan ilmu pegetahua disusun sedemikian rupa, sehingga yang satu selalu mengandalkan ilmu pengetahuan yang lahir mendahuluinya. Dengan demikian, Comte membedakan ilmu pengetahuan pokok, yaitu ilmu pasti, astronomi, fisika, kimia, biologi, dan puncaknya zpada sosiologi. Semua ilmu pengetahuan dapat di jabarkan kepada salah satu dari enam ilmu tersebut di atas.
Ilmu pasti merupakan ilmu yang sangat fundamental dan menjadi pembantu bagi semua ilmu lainnya. Selain relasi-relasi matematis, astronomi membicarakan juga tentang gerak. Dalam fisika ditambah bagi penelitian tentang materi. Selanjutnya kimia membahas proses perubahan yang berlangsung dalam materi yang telah dibicarakan dan dikupas dalam fisika. Perkembangan selanjutnya menjelama dalam biologi, yang kini membicarakan kehidupan. Akhirnya, sampailah pada puncak ilmu pengetahuan yang diberinama sosiologi yang mengambil objek penyelidikannya gejala-gejala kemasyarakatan yang terdapat pada makhluk hidup yang merupakan objek biologi, ilmu sebelum sosiologi. Oleh sebab itulah sosiologi merupakan puncak dan penghabisan untuk usaha manusia seluruhnya, sosiologi baru dapat berkembang ilmlu-ilmu lain telah mencapai kematangannya. Oleh karena itu Comte beranggapan bahwa selaku pencipta sosiologi ia mengantar ilmu pengetahuanmasuk ketaraf positif. Dengan demikian sosiologi Comte mempunyai maksud praktis, yaitu atas dasar pengetahuan tentang hokum-hukum yang menguasai masyarakat mengadakan susunan masyarakat yang lebih sempurna.
Di kutip dari buku (Aliran-Aliran Filsafat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar