Jika Ullil Abshar Abdalah pernah
menggugat doktrin doktrin yang tak perlu dalam agama yang sudah tidak sesuai
dengan kondisisi saat ini, dengan alasan problem dan variable kehidupan masyarakat
modern semakin kompleks hingga tidak mudah diselesaikan dengan doktrin doktrin
yang dibuat pada masa yang telah berlalu jauh dan hadir menawarkan solusi dengan
mengajukan beberapa metodologi
pendekatan terhadap doktrin doktrin agama.
Maka sikap yang sangat tidak perlu untuk
mempersoalkan ide Liberal ini , karena saya rasa kita sebagai
islam tentu semua tahu dan meyakini bahwa doktrin islam adalah fitrah dan
solusi yang menyesuaikan kondisi kapanpun dan dimana pun berada, namun demikian
merupakan sikap munafik jika kita
menafikan realitas yang terjadi kalau
dimana-mana kita lihat sebagian kalangan islam dengan ritual, doktrin, dan
pahamnya sudah tidak relevan dan sudah tidak dapat memberi jawaban dan solusi
atas problematiaka era modern, alasannya tentu sederhana karena kita terbelenggu dalam dogmatisme.
Padahal kalau kita kembali kepada Al qur’an
kita tidak akan menemukan ajaran dogmatisme, itu tentu karena Al qur’an mengakui dan meyakini adanya perbedaan
,’’perbedaan adalah sebuah keniscayaan’’kurang lebih seperti itu kesimpulan
yang diambil dari alqur’an .bahkan Rasulullah SAW pun tidak pernah meneladanknnya pada kita, ya
karna Rasulullah tentu sangat menyadari fitrah manusia itu maka dalam konteks
ini Rasulullah lebih menekankan bahwa
‘’perbedaan itu adalah rahmat’’.
Dogmatisme kurang lebih merupakan cara paling
radikal dan interpolasi pada prilaku yang membawa kita pada sikap beragama yang
terkesan kaku dan tidak terbuka pada keadaan, karena dalam paham ini perbedaan
merupakan hal yang menjadi pantangan dan bahkan merupakan tabu, jika terlihat
perbedaan saja maka buru-buru tindakan brainwashing
(cuci otak) dilakukan, agar sejak awal mereka tidak memiliki keinginan bebeda.
Jadi indoktrinasi peyeragaman pendapat pandangan, faham, ritual dan bahkan tingkah
laku seorang guru atau seorang yang ditokohkan pada murid atau jamaahnya
merupakan merupakan suatu yang harus. Keseragaman menjadi identitas bagi mereka
yang menganut paham dogmatisme dalam berideologi. ini tentu sangat bertentangan
dengan fitrah manusia itu sendiri, karena hampir mustahil kalau manusia, bahkan
mahluk ciptaanya yang lain yang sama.
Maka tidak jarang kita saksikan mereka yang
punya paham agama seperti ini, terjadi doktrin doktrin dan pemaksaan
penyeragaman ,bahkan kalau perlu dengan cara kekerasan sebagai upaya
mendisiplinkan bahkan sering terjadi ancaman ancaman yang muncul dan cara menakut-nakuti
pengikutnya agar tidak berbeda.
Islam bukanlah ajaran yang berisikan
sekumpulan doktrin atau dogma yang harus disergamkan.bahkan islam menentang
paham ini, sebaliknya islam lebih mengenal dan menghargai perbedaan. Nabi Muhammad
saja tidak pernah memerintahkan bahwa sahabatnya
Harus mengikuti semua prilaku beliu secara
seragam, bahkan membiarkan sahabat sahabatnya berbeda tidak diseragamkan misalnya,
pakaianya(jubah), memakai surban, jenggot misalnya bahkan kalau kita lihat
sampai perkara sholat pun Nabi hanya memerintahkan ‘’sholatlah kalian
sebagaimana melihat aku sholat’’ dalam artian hanya sebatas memahami, paling
tidak tau cara cara, gerakan, bacaan itu saja tanpa training khusus untuk
rneyeragamkan cara sholat sedetail detailnya. Memang garis koridor dan
substansinya sudah diajarkan tapi harus ditoleransi perbedaanya, karena mau
dipaksakan seragam pun hasilnya tidak akan pernah sama itu sudah konsekuensi
logis.
Mungkin kita perlu merenungi kembali ayat Al
Qur’an surat Yunus 10:99 :
‘’Dan
jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya ?
Jika
Tuhan saja sudah menjelaskan tentang perbedaan itu serta memperingatkan kita
supaya jangan memaksa, maka pertanyaanya apakah kita mau melanggarnya tentu
tidak, itu kalau kita masih pakai akal sehat, karena tuhan saja tidak mau
menjadikan kita jadi seragam(satu) maka
jika kita memaksakan dengan segala bentuk dan berbagai cara agar kita menjadi
satu agama, satu paham,satu ideologi. bisa dipastikan bahwa kita tidak lebih
dari seorang penentang tuhan .terlebih lagi islam itu agama fitrah ,maka otomatis
tidak akan terjadi keterpaksaan dalam menjalankan agama ini ,karena itu Allah
melarang kita melakukan pemaksaan dalam beragama’’laa ikroha fii ad diin’’ .dan
Allah pun tidak pernah memaksa ini dapat wangsit dari mana .
Karena sebagai islam tentu kita harus kembali
menyadari batasan batasan yang telah digariskan oleh sang Khalik bahwa setiap
kita masing masing punya pembawaan dan kemampuan multipel yang berbeda beda
.yang justru perbedaan itu akan menjadi sebuah kekuatan besar jika disatukan
sesuai petuah Nabi bahwa orang islam itu ibarat sebuah bangunan yang saling
menguatkan satu sama lain, ada pondasi,dinding, lantai, atap, tiang,dan
sebagainya semuanya saling menguatkan berdasarkan fungsinya untuk mencapai
sebuah tujuan.
Maka pada intinya doktrin agama bukan hadir
untuk dipaksakan harus, karena itu jangan ada orang hadir untuk menghukumi
kualitas kualitas ibadah hablum minnallah seseorang dengan mengatakan
itu tidak benar salah,harus seperti ini, seperti yang saya lakukan, karna yang
saya punya benar. Kita hanya punya otoritas tawassau bil haq,tawassau bii
shabr- mengingatkan kepada jalan kebenaran dan kesabaran.karena pada tataran
ini hablum minallah ukuran kebenaranya mutlak ditangan Tuhan, tidak ada satupun
dari kita yang tahu misalnya sholat,puasa,kita diterima Allah atau ditolak.
Dan untuk hablum minannas diberikan
tuhan porsi lebih kepada manusia untuk menjaga ,menata,dan mengadili lewat
instusi dan lembaga lembaga yang disepakati bersama, dalam hal ini misi kita
adalah rahmatan lil alamiin sesuai dengan yang diajarkan Allah. Bukan
kemashlahatan buat orang islam saja, melainkan harus memberikan, dampak positif
bagi tatanan yang beranekaragam budayanya, bangsanya, bahasanya, tradisinya
bahkan agamanya tanpa harus memaksakan untuk merubah dan menjadiakan semuanya
satu dan sama, inilah yang diajarkan oleh rasulullah semasa hidupnya dimadinah
.
so agama itu bukan sekedar doktrin loh ,dan jangan buat
kepentingan kita menjadi Tuhan, Tuhan yang sulit dibedakan dari Tuhan yang
sebenarnya Tuhan, karena yang penting dalam agama adalah Substansinya bukan
Ritual dan Doktrinya.